BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertanian merupakan
sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia. Gencarnya pembangunan di
sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu menggeser sektor pertanian
sebagai icon Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris. Pembangunan
pertanian saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis dan agroindustri.
Pengembangan tersebut telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap
terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada subsektor peternakan,
meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis, peternakan Indonesia
masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang diangkat dalam
pembahasan makalah ini antara lain:
1. Apa
saja yang termasuk zat pencemar yang dihasilkan dari lingkungan pertanian?
2. Mengapa
zat-zat tersebut dapat menimbulkan pencemaran?
3. Apa
saja dampak dari penggunaan zat-zat tersebut?
4. Bagaimana
cara menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari penggunaan zat tersebut?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui zat pencemar yang dihasilkan dari lingkungan pertanian;
2. Untuk
mengetahui penyebab zat tersebut dapat menimbulkan pencemaran;
3. Untuk
mengetahui apa saja dampak yang dtimbulkan dari penggunaan zat tersebut;
4. Untuk
mengetahui bagaimana cara menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari penggunaan
zat tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Zat Pencemar Oleh Lingkungan Pertanian
Limbah pertanian berupa
sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan misalnya dari pestisida dan
herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah pestisida dan
herbisida mempunyai sifat kimia yang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga
zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan
selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Pada
pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan
air/perairan terbuka.
Penggunan pupuk dalam
pertanian akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan menurunkan kualitas lahan
dengan hilangnya lapisan subur akibat erosi dan pencucian hara. Selain itu,
tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok tanam, seperti jerami yang berlimpah
dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah. Kegiatan petani yang
selama ini cenderung untuk membakar sisa hasil pertanian seperti jerami dan
gulma tentu akan menyumbang banyak karbondiokasida yang ditengarai sebagai
salah satu penyebab pemanasan global.
Sementara itu,
peningkatan di subsektor peternakan meninggalkan berbagai masalah berupa
limbah. Limbah ternak dapat berupa sisa buangan dari kegiatan usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong ternak, dan pengolahan produk ternak. Adapun
limbah tersebut dapat ditemukan dalam jenis padat dan cair, antara lain feses,
urin, darah, tanduk, bulu, kuku, dan kulit telur.
Selama ini belum ada upaya yang maksimal
dalam penanganan limbah dan dampak negatif dari usaha pertanian,
B.
Penyakit Yang di Timbulkan
Orang yang mengkonsumsi
sayur dan bahan makanan tercemar dapat mengalami keracunan. Ada yang langsung
meninggal dunia,ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, susunan saraf,
menderita kanker, menyebabkan cacat pada keturunannya.
Akibat pencemaran pada
manusia ada dua bentuk, yaitu secara lngsung dan tidak langsung. Reaksi akibat
terpapar juga beragam, dari yang haanya gatal-gatal, meningkatnya sel-sel
kanker, hingga kematian. Hampir dapat dikatakan, manusia merupakan muara dari
banyaknya proses pencemaran. Tanaman yang menyimpan residu pestisida, ikan-ikan
yang tercemar sejumlah logam berat, demikian juga dengan daging dan susu
binatang, hampir semuanya dimanfaatkan manusia, demikian juga air. Kenyataan
ini menyebabkan kesehatan manusia menjadi demikian terancam. Walaupun 90% lebih
pencemaran yang terjadi itu berawal dari ulah manusia.
C. Proses
Penyebab Penyakit Pada Manusia
Pestisida yang larut
dalam air akan meracuni ikan dan makhluk lainnya. Contohnya pestisida endrin
sebanyak 0,6 ppm akan mematikan ikan dalam waktu 5,5 jam. Pestisida ini akan
terkumpul dalam organisme kecil tersebut dan kemudian dimakan ikan lainnya yang
lebih besar atau udang. Jadi ikan ini terkena pestisida dua kali, yang pertama
melalui insang, dan yang kedua melalui makanannya, kemudian ikan ini disantap
oleh manusia. Demikianlah pestisida tadi akhirnya sampai pada manusia juga.
Bahan pencemar memasuki
lingkungan melewati rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Bahan beracun
yang di buang ke perairan dapat meresap kedalam tubuh ganggang. Selanjutnya
ganggang tersebut di makan oleh udang kecil, udang kecil di makan oleh ikan
besar. Dan jika ikan ini di tangkap oleh manusia dan di makan, maka bahan
pencemar akan masuk ke dalam tubuh manusia.
Jika di satu pihak
pestisida dapat membantu pertanian, di pihak lain menurut penelitian oleh
laboratorium bioteknologi di Reston, AS, pestisida dapat mengakibatkan penyakit
kanker dan jantung. Bagi kelompok yang sensitive, penggunaan pestisida seperti
DDT, obat pembasmi hama kecoa/lipas dan tikus dapat mengakibatkan asma,
bronchitis, dan sakit kepala terus menerus. Akibat penggunaannya juga dapat
merusak fungsi kekebalan tubuh manusia, yaitu keadaan yang membuat tubuh
manusia semakin rentan terhadap infeksi virus dan bakteri, da mengurangi
kemampuan tubuh memperbaiki dirinya sendiri. Kerusakan terus menerus pada
system kekebalan tubuh tersebut akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk
menderita penyakit kanker dan jantung.
Dampak dari penggunaan
pupuk anorganik atau pupuk kimia zat hara yang terkandung dalam tanah menjadi
diikat oleh molekul-molekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus
tak dapat dilakukan lagi. Akibatnya ketahanan tanah atau daya dukung tanah
dalam memproduksi menjadi kurang hingga nantinya tandus. Tak hanya itu
penggunaan pupuk kimiawi secara terus-menerus menjadikan menguatnya resistensi
hama akan suatu pestisida pertanian.
Masalah lain adalah
penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan Nitrogen dengan urea
tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar 40-60%
saja. Jumlah yang hilang mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian
(leaching) serta terbawa air hujan (run off).
Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga
mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah
yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
D.
Penanggulangan Dampak Penggunaan Pestisida dan Pupuk Anorganik
Alternative yang
digunakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida
antara lain dengan menggunakan beberapa jenis tanaman maupun biji untuk
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Contohnya biji srikaya mengandung bahan
aktif asetogenin dan squamosin untuk sasaran hama ulat maupun hama penghisap
polong. Sedangkan biji mahoni mengandung bahan aktif swietenin dan limonoid
dapat menghambat perkembangbiakan ulat, hama penghisap, penyakit karat pada
daun kopi.
Cara kerja pestisida
nabati ini adalah dapat mengendalikan serangga hama dan penyakit melalui cara
kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara
tunggul. Cara kerja yang sangat spesifik yaitu merusak perkembangan telur,
larva dan pupa, penolak makan, mengurangi nafsu makan, menghambat reproduksi
serangga betina dll.
Keunggulannya adalah biaya
yang murah karena mudah didapat, relatif aman bagi lingkungan, tidak
menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak menimbulkan kekebalan pada hama,
kompatible bila digabungkan dengan cara pengendalian lain dan yang tidak kalah
pentingnya adalah hasil pertanian yang sehat dan bebas residu pestisida.
Untuk menanggulangi
limbah hasil pertanian seperti jerami dan gulma yang biasanya dibakar dan
menimbulkan polusi berupa gas CO2 dan limbah hasil peternakan berupa feses,
urin, darah, tanduk, bulu, kuku, dan kulit telur yang telah dijelaskan, dapat
dilakukan pengolahan yang hasilnya saling memanfaatkan satu sama lain seperti
mengolah limbah ternak berupa kotoran tersebut menjadi pupuk cair dan kompos
dan kemudian diaplikasikan pada lahan pertanian. Manfaat kompos yang dapat
memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikan
kondisi kehidupan di dalam tanah dan sumber zat makanan bagi tanaman tentu akan
berpengaruh besar bagi pertanian. Sebaliknya limbah pertanian berupa jerami,
gulma dan dedak dapat dimanfaatkan pula sebagai pakan ternak.
Untuk mengatasi
pencemaran tanah akibat penggunaan pupuk anorganik, pupuk anorganik tersebut.
Pencemaran tanah oleh pupuk organic dapat
ditanggulangi dengan cara:
1. Menggunakan
pupuk sesuai dengan takaran.
2. Mengurangi
penggunaan pupuk kimia.
3. Memadukan
penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organic.
4. Waspada
terhadap penjualan pupuk palsu dengan takaran yang tidak semestinya.
BAB
III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan tersebut antara lain:
1. Zat
pencemar yang dihasilkan oleh lingkungan pertanian antara lain pestisida,
terutama insektisida dan herbisida, pupuk anorganik seperti urea, dan limbah
hasil pertanian berupa jerami dan gulma, serta limbah hasil peternakan berupa
tanduk, kuku, kulit, feses, darah, urine, darah, bulu, dan kulit telur.
2. Pestisida
adalah racun yang digunakan untuk membunuh hama tanaman dan bersifat stabil,
tidak mudah terurai sehingga menimbulkan residu pada tanaman maupun tanah
sehingga racun tersebut mencemari lingkungan. Penggunaan pupuk organic
berlebihan dapat menjadi pencemar lingkungan karena merusak ekosistem tanah,
molekul-molekul kimiawinya mengikat unsure hara dalam tanah sehingga tanah
menjadi tandus.
3. Penggunaan
pestisida dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kanker dan jantung.
4. Dampak
buruk penggunaan pestisida dapat diatasi dengan mengganti pestisida dengan
pestisida nabati dan mengendalikan pemakaiannya agar tidak berlebihan sehingga
menimbulkan kekebalan terhadap hama yang menjadi sasarannya. Sedangkan efek
buruk penggunaan pupuk sintetik atau anorganik dapat ditanggulangi dengan
menggunakan pupuk organic bersamaan dengan penggunaan pupuk anorganik,
menggunakan pupuk sesuai takaran, mengurangi penggunaan pupuk kimia, dan
waspada terhadap penjualan pupuk palsu dengan takaran yang tidak semestinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sastrawijaya, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.
Yogyakarta: Andi.
Tresna Sastrawijaya A, 1991. Pencemaran Lingkungan. Surabaya :
Rineka Cipta.
Bambang Hermanto A, Drs, 1988. Biologi Untuk Ebtanas 1988 – 1989. Yogyakarta
:
PT Mitra Game Widya.
Syamsuri Istamar, 2004. Biologi X. Jakarta
: Erlangga.
Rukman ST Nugroho U.Y, Drs, 1994. Biologi
SMA Kelas I. Jakarta :
Yudistira.
Prawirohartono Slamet dan Sutarmi Siti,
1990. Biologi. Jakarta : Erlangga.
/.
0 komentar :
Posting Komentar