I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keberadaan demokrasi dan birokrasi dalam suatu negara
merupakan sebuah keniscayaan. Hubungan maupun peranan antara keduanya sangat
dekat dan runut. Secara sederhana hubungan antara birokrasi dan demokrasi bisa digambarkan
sebagai berikut: Sistem politik dengan alur input-proses-output merupakan ranah
demokrasi sebagai legislatif. Setelah melalui proses politik dihasilkanlah
sebuah kebijakan, kemudian birokrasi sebagai lembaga eksekutif bertugas
menjalankan kebijakan tersebut.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa terdapat
pemisahan tegas antara birokrasi dan demokrasi. Demokrasi sebagai pembuat
kebijakan dan birokrasi sebagai pelaksana kebijakan tersebut.
Meskipun terdapat pemisahan tegas, kenyataan di
lapangan memperlihatkan lain. Terjadi kekaburan fungsi dan peran antara
birokrasi dan demokrasi. Dalam Beureaucratic Power-A Democratic
Dilemma Eva Etzioni membahas mengenai dikotomi birokrasi demokrasi. Eva
Etzioni (1983: 85-98) menawarkan tiga tesis mengenai hubungan antara kekuasaan
birokrasi dan dilema demokrasi. Tesis pertama mengatakan bahwa bureaucracy
generates a dilemma for democracy. Dalam tulisan tersebut Etzioni meyakini
bahwa demokrasi akan efektif jika birokrasi dibuat kuat dan independen, tetapi
dia mengingatkan bahwa kebutuhan tersebut akan berakibat birokrasi terlepas
dari kontrol para politikus jika tidak didahului oleh reform yang memadai dan
serius. Tesis kedua Etzioni tidak kalah penting untuk, yakni democracy
generates a dilema for bureaucracy. Etzioni menyatakan bahwa dalam demokrasi,
birokrasi diikat oleh dua hal. Pertama, dikendalikan oleh eksekutif meskipun
dia harus bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dilakukannya sendiri. Kedua,
dia harus menjalankan kebijakan yang diambil para politikus meskipun dia harus
berpartisipasi dalam proses perumusan kebijakan tersebut. Tesis ketiga yakni
“These dielmmas exacerbate strains and power struggles on the political scene”.
Reformasi administrasi harus mengimbangi besarnya kekuatan birokrasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem
Politik dan Pemerintahan Indonesia dan Kamboja
2. Bagaimana Sistem
Pembuatan Kebijakan Indonesia dan Kamboja
3. Bagaimana Sistem
Sosial Politik Indonesia dan Kamboja
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk Mengetahui Perbandingan Negara Indonesia
dan Kamboja
2.
Untuk Mengetahui Sistem Politik dan
Pemerintahan Indonesia dan Kamboja
3.
Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem Pembuatan
Kebijakan Indonesia dan Kamboja
4.
Untuk Mengetahui Sistem Sosial Budaya Indonesia
dan Kamboja
II. PEMBAHASAN
2.1 Sistem Politik dan
Pemerintahan Indonesia
Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia yang
merupakan Modul 2 dari pelaksanaan Simpul Demokrasi menjadi agenda pelaksanaan
Sekolah Demokrasi V Detail materi yang dilaksanakan selama pelaksanaan 2 hari
sekolah demokrasi tersebut, meliputi: Sistem Politik, Kepartaian dan Pemilu di
Indonesia yang disampaikan oleh penulis modul langsung Prof. DR. Ichlasul Amal,
“Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan dalam Demokrasi” yang disampaikan oleh
Drs. Luqman Hakim, M.Sc dan “Desentraliasi Sistem Pemerintahan” oleh DR. Mas’ud
Said. Sedangkan materi tentang “Klasifikasi Struktur Organisasi Negara”
disampaikan melalui metode diskusi kelompok yang dipandu oleh Fasilitator. Begitu
pula dengan materi “Pemberdayaan DPR dalam Demokrasi” dilakukan dengan bermain
peran dan diskusi kelompok.
Kegiatan dimulai pada 27 Mei 2006, Kegiatan ini
dihadiri oleh 20 orang peserta dari 25 orang peserta simpul demokrasi, yaitu;
Ainul Yaqin, Any Rufaidah, Ari Wahyu Astuti, Azizah Hefni, Eko Budi Prasetyo,
H. M. Taqrib, Hasan Abadi, Henry Wira Novianto, Isnaini Rahayu, Khofidah, M.
Wahyu Trihariadi, Samsul Arifin, Syahrotsa Rahmania, Zany Pria Romadudin,
Andry Dewanto, Hikmah Bafaqih, M. Najib Ghoni, M. Nor Muhlas, Dewi Masita, dan
M. Munir Aly. Peserta tetap yang tidak hadir adalah 5 orang adalah Daniel E.
Molindo, Imron Rosyadi, M. Munir, Siyadi (Izin tidak hadir), dan Gunawan (izin
tidak hadir karena ada pelatihan di Jakarta). Peserta tidak tetap 3 orang yang
hadir diantaranya; Setyo Wahyudi, Marsudi, Anis Wahyu Harnanik. Kegiatan ini
diawali dengan kegiatan pembinaan suasana dengan ice breaking yang dipandu oleh
fasilitator. Ice breaking yang dilakukan adalah dengan menebak identitas teman
sesama peserta. Fasilitator membagikan form kepada masing-masing peserta yang
berisi pertanyaan yang terkait dengan data diri peserta, yang meliputi umur,
hoby, yang disukai, yang tidak disukai dan sebagainya. Setelah peserta mengisi
form tersebut, kemudian fasilitator mengumpulkan dan membagikan kembali secara
acak kepada masing-masing peserta, lalu fasilitator meminta setiap peserta
secara bergiliran untuk membaca form isian yang diterimanya dan menebak
identitas siapakah yang tertulis dalam form yang diterimanya. Game ini
dilaksanakan bertujuan untuk lebih mempererat ikatan antar peserta dengan lebih
mengenal karakter masing-masing peserta di samping bertujuan untuk mencairkan
suasana sebelum masuk pada materi inti.
Diskusi kelompok tentang prawacana tentang materi
tentang sistem politik dan pemerintah (hal 6 dan hal 11 modul) yang dibahas
oleh kelompok 1 dan materi tentang Klasifikasi Struktur Organisasi Negara dan
Pemerintahan (hal 42 dan 45 modul) dibahas oleh kelompok 2. Setelah dilakukan
diskusi kelompok dilakukan diskusi kelas yang dipandu oleh fasilitator dengan
cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Kelompok satu menyampaikan bahwa permasalahan yang terjadi di Indonesia
disebabkan oleh tidak berjalannya fungsi-fungsi Negara yang banyak
diperankankan oleh eksekutif bersama legislative, dalam konteks perumusan
kebijakan public actor yang paling banyak berperan justru invisible hand yaitu
kelompok pemilik modal. Struktur partai politik yang lebih didominasi oleh DPP
seringkali memasung otonomi yang dimiliki oleh struktur partai yang ada di
daerah. Dicontohkan dalam hal ini oleh kelompok satu adalah pada saat penetapan
calon Kepala Daerah. Kelompok dua mencoba menguraikan beberapa kalsifikasi
terhadap bentuk Negara dan bentuk pemerintahan. Inti kesimpulan dari apa yang
disampaikan oleh kelompok dua adalah apapun bentuk Negara maupun pemerintahan,
yang penting bagi rakyat adalah kesejahteraan. Peserta dari kegiatan ini sangat
aktif dan respon terhadap materi Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia,
karena materi ini sesuai dengan perpolitikan, kepartaian, dan sistem
pemerintahan Indonesia. Selain itu, mayoritas peserta Sekolah Demokrasi ini
adalah pelaku aktor dari berbagai organisasi politik dan kemasyarakatan,
sehingga bisa dikatakan tepat.
2.2 Sistem Politik dan Pemerintahan Kamboja
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara
kerajaan. Raja di Kamboja hanya berfungsi sebagai kepala negara sedangkan
segala urusan pemerintahan diatur oleh perdana menteri. Dengan begitu media
dalam negeri Kamboja diatur dengan ketat oleh pemerintah. Sistem politik
Kamboja telah mengalami perjalanan yang panjang sejak kemerdekaannya pada tahun
1953 dan diwarnai dengan berbagai kerusuhan dan konflik.
Dalam melakukan pendekatan terhadap struktur sistem
politik, penting untuk mengetahui aktor-aktor yang terlibat di dalam sistem
politiknya. Struktur sistem politik di Kamboja terbagi menjadi enam kelompok,
antara lain:
Ø Kelompok Kepentingan, yang
berpengaruh antara lain Cambodian Freedom Fighters (CFF), Partnership for
Transparency Fund (PTF) sebuah organisasi antikorupsi, Students Movement for
Democracy dan The Committee for Free and Fair Elections or Comfrel (CIA, 2014).
Cambodian Freedom Fighters (CFF) merupakan kelompok yang mendapat dukungan dari
Amerika Serikat (Aftergood, 2004). Banyak sumber yang menyebut CFF sebagai
kelompok teroris karena aksinya dalam penggulingan pemerintah yang berkuasa.
Pada akhirnya, pemerintah Kamboja berhasil menangkap pemimpin-pemimpin CFF.
Ø Partai Politik. Pada tahun
2013, Kamboja baru saja menyelenggarakan pemilihan umum. Terdapat dua partai
yang bersaing yaitu Cambodian People’s Party (CPP) dan Cambodia National Rescue
Party (CNRP). Selain itu, terdapat beberapa partai politik lain namun tidak
sedominan CPP dan CNRP, seperti National United Front for an Independent,
Neutral, Peaceful, and Cooperative Cambodia (FUNCINPEC) dan Nationalist Party
(NP) (CIA, 2014b). Sejak tahun 1998, CPP terus menerus memenangkan pemilu.
Beberapa sumber melansir bahwa CPP menggunakan kekerasan dan intimidasi dalam
arena pemilihan umum seperti mencegah pemilih untuk mendukung oposisi. Selain
itu, CPP diduga menerapkan politik uang dan material.
Ø Badan Legislatif, terdiri
atas Senat dan Dewan Nasional. Senat terdiri dari 61 orang dan Dewan Nasional
terdiri dari 123 orang (CIA, 2014b).
Ø Badan Eksekutif, dipimpin
oleh seorang presiden dan perdana menteri. Presiden berperan sebagai kepala
negara sedangkan pemerintahannya dijalankan oleh perdana menteri. Raja berhak
mengumumkan amnesti, dan berhak membubarkan Majelis Nasional berdasarkan usul
Perdana Menteri dan setelah mendapat persetujuan Ketua Majelis Nasional (CRI,
2006).
Ø Takhta kerajaan tidak dapat
diwariskan sehingga Raja dapat menjabat seumur hidup. Namun jika Raja tersebut
meninggal, maka penggantinya akan diambil dari keturunan Raja tersebut.
Ø Birokrasi, yang cukup sering
mendapatkan perhatian dari dunia terlebih setelah diberikannya peringkat negara
yang rakyatnya paling banyak menyuap di kawasan Asia Pasifik (Maradona, 2010).
Lembaga-lembaga seperti polisi, pengadilan, DPR, lembaga pemerintah dan media
tidak luput dari aksi suap ini. Oleh karena itu, permasalahan korupsi menjadi
masalah utama dari struktur sistem politik Kamboja.
Ø Badan Peradilan, terdiri
atas Supreme Court dan Constitutional Court. Supreme Court terdiri dari 5 orang
hakim, sementara Constitutional Court terdiri dari 9 anggota hakim (CIA,
2014b).
Jika dilihat berdasarkan fungsinya, fungsi-fungsi
sistem di Kamboja yang terdiri dari sosialisasi politik, rekruitmen, serta komunikasi
politik tidak berjalan dengan cukup baik. Terlihat dari partisipasi masyarakat
dalam pemilu yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Situasi Politik
Pada pemilu tahun 2013 lalu,
Hun Sen dan CPP berhasil memenangkan pemilihan atas CNRP dengan sedikit
perbedaan suara. CPP berhasil memperoleh 3,2 juta suara dan memenangkan 68
kursi dari 123 kursi di parlemen, sementara CNRP memperoleh 2,9 juta suara dan
55 kursi di parlemen (Sinaga, 2013).
Kemenangan tersebut menandakan bahwa Hun Sen telah lima kali terpilih menjadi perdana menteri Kamboja yang juga berarti ia telah berkuasa di Kamboja selama kurang lebih tiga dekade. Hal tersebut pun pada akhirnya menimbulkan reaksi dan pertentangan bagi partai oposisi, CNRP, yang diketuai oleh Sam Rainsy. Mereka menganggap bahwa Hun Sen melakukan kecurangan dalam pemilu, di samping tuduhan keterlibatan dalam kasus pelanggaran HAM karena adanya satu korban jiwa dalam kerusuhan yang terjadi selama pemilu.
Kemenangan tersebut menandakan bahwa Hun Sen telah lima kali terpilih menjadi perdana menteri Kamboja yang juga berarti ia telah berkuasa di Kamboja selama kurang lebih tiga dekade. Hal tersebut pun pada akhirnya menimbulkan reaksi dan pertentangan bagi partai oposisi, CNRP, yang diketuai oleh Sam Rainsy. Mereka menganggap bahwa Hun Sen melakukan kecurangan dalam pemilu, di samping tuduhan keterlibatan dalam kasus pelanggaran HAM karena adanya satu korban jiwa dalam kerusuhan yang terjadi selama pemilu.
2.3. Sitem Pembuatan
Kebijakan Indonesia
a. Orde Lama
Pada periode ini, seperti kita ketahui bahwa pada
dasarnya system politik berjalan cukup baik, namun tidak semua berjalan dengan
baik, karena ada hal politis dibalik proses pembuatan dan penerapan
kebijakannya. Pada masa ini, Soekarno mendominasi dalam pemerintahan.
Sebenarnya fungsi input (sosialisasi dan rekruitmen politik) pada masa ini
berjalan dengan baik, karena adanya system multipartai yang pada masa ini
partai-partai yang ada sedang sibuk dengan penonjolan identitas berupa ideology
masing-masing. Pada masa ini ada pula badan legislative berupa KNIP (Komite
nasional Indonesia Pusat) yang berfungsi sebagai pengolah tuntutan dari
masyarakat.
b. Orde Baru
Tidak jauh berbeda dengan masa orde lama, pada masa
ini ada tiga actor yang menonjol, yaitu:
1.
Presiden : Presiden Suharto berkuasa atas segalanya, DPR
tidak berarti apa-apa.
2.
Wakil Presiden : bertindak sebagai cadangan presiden.
3.
Kabinet : terdiri dari para menteri, berfungsi sebagai
pembentuk agenda karena mempunyai departemen sendiri, ikut kemana presiden pergi.
c. Masa Reformasi
Pada masa ini terjadi perubahan sistemik dalam
demokrasi, yaitu penghapusan kepemimpinan yang otoriter. Pada masa ini
dimungkinkan terjadinya checks and balances jika output tidak sama dengan
input.
2.4. Sitem Pembuatan
Kebijakan Negara Kamboja
Kamboja merupakan salah satu negara di kawasan Asia
Tenggara dan juga sekaligus merupakan anggota dari ASEAN. Kamboja merupakan
salah satu negara paling miskin di asia dan sangat tergantung pada bantuan luar
negeri yang diberikan oleh negara ataupun aktor non negara. Dalam waktu dua
dekade, Kamboja mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam ekonominya. Bantuan
baik dalam bentuk bantuan bilateral, multirateral maupun privat (NGO), membantu
negara Kamboja untuk melanjutkan proses pembangunannya. (Chanboreth dan Hach,
2008: 3)
Dalam meningkatkan dan mendorong efektivitas bantuan
yang diterimanya dan memperkuat kepemilikan dan kepemimpinan atas agenda
pembangunan nasional, Royal Government of Cambodia (RGC)/ Pemerintah
Kamboja mengambil setidaknya dua hal utama. Petama, dengan
melakukan Declaration on Harmonizatiotion and Alignment yang
ditandatangai oleh RGC dan 12 mitra pembanguna pada Desember 2004. Kedua,
adalahDeclaration on Enhancing Aid Effectiveness yang ditandatngani oleh
RGC dan 14 partner pada Oktober 2006 . Deklarasi kedua ini juga sekaligus
meberikan perkembangan terbaru dalam Deklarasi Paris untuk efektivitas bantuan
dalam konteks Kamboja.
Hasil dari Deklarasi kedua Salah satunya adalah dengan
membuat NSDP (National Strategic Development Plan) 2006-2010. NSDP
merupakan bagian dari pemerintah yang berusaha untuk mengoperasionalkan visi
politik pemerintah. Dengan NSDP, pemerintah berusaha membuka semua kesempatan
untuk menentukan langkah-langkah penting dalam pembuatan strategi dan rencana
dalam jangka panjang, termasuk frameworkpembangunan nasional
Kamboja. Framework pembangunan nasional ini juga memperhatikan
kemitraan dengan partner-partner pembangunan lainnya. NSDP selanjutnya
melakukan perbaikan dalam koordinasi pengelolaan bantuan, baik dalam hal
struktur maupun instrumennya.
Dalam hal perbaikan struktur, RGC melalui NSDP
membuat Government Donor Technical Working Group, atau biasa disebut TWGs.
TWGs bekerja dalam bidang tertentu sesuai dengan porsi dan keahliannya. TWGs
bertujuan untuk memperkuat hubungan kerjasama RGC dengan partner dari luar dan
memfasilitasi koordinasi strategi dan program pembangunan di wilayah Kamboja.
Setiap TWGs dipimpin oleh representatif dari kementriam pemerintaha Kamboja.
Untuk memperkuat komunikasi di antara TWGs dengan donor, maka terdapat satu
atau dua orang perwakilan negara donor di setiap TWGs. Selanjutnya RGC melalui
NSDP juga membuat Government Donor Coordination Comitee (GDCC)
sebagai superbody untuk menkoordinasi TWGs dibawahnya
Di lain sisi, NSDP membuat National Operational
Guidelines dan Strategic Framework for Development Corporation
Mangement 2006-2010 yang didesain untuk menyediakan framework dan
instrumen kebijakan dalam mengelola dan mengatur bantuan Luar Negri yang
diterima oleh pemerintah Kamboja. Untuk itu, pemerintah Kamboja secara spesifik
membuat kebijakan Harmonization, Alignment and Results (H-A-R)action
plan 2006-2010. H-A-R bertujuan untuk memprioritaskan kegiatan bantuan
luar negeri, mengkmbagi responsibility dan menyediakan basis data untuk melihat
perkembangan dan efektivitas dalam implementasi kegiatan yang behubungan dengan
bantuan luar negeri.
2.5 Sistim Sosial Budaya
Indonesia
Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu
kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya (secara formal) masyarakat
Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda antara lain merupakan bukti yang jelas.
Peristiwa ini merupakan suatu konsensus nasional yang mampu membuat masyarakat Indonesia
terintegrasi di atas gagasan Bineka Tunggal Ika. Konsensus adalah
persetujuan atau kesepakatan yang bersifat umum tentang nilai-nilai, aturan,
dan norma dalam menentukan sejumlah tujuan dan upaya mencapai peranan yang
harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam suatu sistem sosial.
Apabila menelaah pernyataan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa peristiwa Sumpah Pemuda merupakan konsensus nasional yang
mendapat perwujudannya di dalam sistem budaya Indonesia yang didasarkan pada
asas penting, yaitu sebagai berikut ini.
Asas kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
Kesempurnaan hanya dapat
dicapai oleh manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui semangat
dan takwa, sebab pada akhirnya apa yang diperoleh manusia, masyarakat,
bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan itu adalah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Asas merdeka
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/ keluarga,
masyarakat, dan bangsa yang bebas itu mempunyai tanggung jawab dankewajiban bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaan itu.
Asas persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri
atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat daerah dan sebagainya telah membentuk Negara Republik Indonesia
yang meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas sosial budayanya.
Asas kedaulatan rakyat
Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan golongan/pribadi.
Asas adil dan makmur
Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan harus
mempunyai kehidupan yang layak dan adil sehingga pekerjaan, pendidikan, kesehatan, pangan,pakaian, perumahan, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi hak yang di pertanggung jawabkan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pola Pikir, pola tindak, dan Fungsi
Sistem Sosial Budaya Indonesia Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, yang hidup tersebar diseluruh tanah air, yang
memiliki berbagai macam ragam budaya. Sehingga menimbulkan keanekaragaman
institusi dalam masyarakat. Institusi adalah suatu konsep sosiologi yang paling luas digunakan,
walau memiliki pengertian yang berlainan:
Ø Suatu pola tingkah laku yang
telah menjadi biasa atau suatu pola relasi sosial yang memiliki tujuan sosial tertentu.
Bronislaw menganggap institusi sosial merupakan konsep
utama untuk memahami masyarakat, yang setiap institusi saling berkaitan dan
masing-masing memiliki fungsinya. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa institusi
itu mengenai kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaan yang terdiri atas
tiga wujud, yaitu:
a.
Wujud idiil
b.
Wujud kelakuan
c.
Wujud fisik dari kebudayaan
Koentjaraningrat mengatakan, bahwa seluruh total dari
kelakuan manusia yang berpola tertentu bisa diperinci menurut fungsi-fungsi
khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam bermasyarakat. Maka pola
pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial budaya Indonesia merupakan
institusi sosial, yaitu suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan
norma-norma saling berkait, yang telah disusun guna memuaskan suatu kehendak
atau fungsi sosial. Komponen-komponen dari pranata social adalah: Sistem Norma, Manusia, dan Peralatan fisik.
2.6 Sistim Sosial Budaya
Kamboja
1. Sejarah Kebudayaan Kamboja
Masa
keemasan Kamboja adalah antara abad ke-9 dan ke-14 masehi dibawah periode
kerajaan Angkor, dimana pada saat itu merupakan kerajaan yang kuat dan
sejahtera yang berhasil menguasai hampir seluruh wilayah daratan Asia Tenggara.
Namun, kerajaan Angkor runtuh akibat perebutan kekuasaan dan perang melawan
kerajaan yang berada di dekatnya seperti Siam dan Dai Viet. Banyak candi yang
dibangun pada masa itu seperti Bayon dan Angkor Wat masih ada hingga sekarang.
Candi-candi tersebut tersebar di Thailand,
Kamboja, Laos, dan Vietnam yang mengingatkan kita kepada kemegahan seni dan budaya
Khmer.
2. Arsitektur dan Rumah di Kamboja
Arsitek
dan pemahat Kamboja membuat candi yang terbuat dari batu. Dekorasi Khmer
terinspirasi dari agama. Dewa-dewa dari agama Hindu dan Buddha terukir pada
tembok. Candi/kuil dibuat sesuai dengan aturan arsitektur Khmer Kuno yang
terdiri dari susunan candi biasa ditambah dengan satu candi yang tampak
mencolok ditengahnya, sebuah tembok, dan sebuah parit. Motif Khmer menggunakan
banyak dewa dari mitologi Buddha dan Hindu. Contohnya seperti istana kerajaan
di Phnom Penh yang menggunakan motif garuda yang merupakan burung mitologi
dalam agama Hindu. Hanya sedikit bangunan yang tersisa sejak masa kerajaan
Khmer. Yang tersisa hanyalah bangunan religius yang terbuat dari batu seperti
candi Angkor.
3. Agama di Kamboja
Penduduk
di Kamboja didominasi oleh penganut agama Buddha dengan 90% populasi menganut
Buddha Theravada. Terdapat 1% populasi pemeluk agama Kristen dan sisanya
beragama Islam, atheis, atau penganut kepercayaan animisme.
Agama
Buddha telah ada di Kamboja sejak abad ke-5 masehi. Buddha Theravada telah ada
di Kamboja sejak abad ke-13 masehi dan kini telah dianut oleh 90% populasi di
Kamboja.
Islam
adalah agama yang mayoritas dianut oleh kaum Cham (disebut juga Khmer Islam)
dan minoritas kaum Melayu di Kamboja. Berdasarkan data dari Po Dharma, terdapat
150.000 sampai 200.000 penduduk Muslim di Kamboja pada tahun 1975. Semuanya
menganut aliran Sunni.
Kristen
dibawa ke Kamboja oleh misionaris Katholik Roma pada tahun 1660. Pada tahun
1972, terdapat sekitar 20.000 kaum Kristiani di Kamboja, kebanyakan dari mereka
adalah Katholik Roma. Berdasarkan statistik dari Vatikan, pada tahun 1953,
anggota Gereja Katholik Roma di Kamboja berjumlah 120.000. Hal itu membuatnya
menjadi agama terbesar kedua di negara ini. 50.000 diantaranya adalah orang
Vietnam dan sisanya kebanyakan orang Eropa.
Terdapat
100.000 orang yang menganut aliran kepercayaan daerah. Seperti kaum Khmer Loeu
yang menganut animisme. Mereka menggunakan nasi, air, api, batu, dll untuk
melangsungkan ritual. Kaum ini biasanya menganggap tabu beberapa objek dan
praktek.
4.Ritual Kelahiran dan Kematian di Kamboja
Kelahiran bayi adalah saat yang membahagiakan bagi
keluarga. Berdasarkan kepercayaan tradisional, mereka (ibu dan bayi) akan
dikurung karena mereka sangat rentan terhadap dunia mistik. Seorang ibu yang
meninggal saat melahirkan bayinya dipercaya akan menjadi roh yang jahat. Dalam
masyarakat Khmer tradisional, wanita hamil dianggap tabu memakan beberapa
makanan dan harus menghindari beberapa situasi. Tradisi ini masih berlangsung
di pedesaan, namun mulai berkurang di daerah perkotaan.
Kematian tidak dilihat dengan penuh kesedihan disini;
tetapi dilihat sebagai akhir dari sebuah hidup dan merupakan awal dari
kehidupan selanjutnya yang diharapkan akan lebih baik dari sebelumnya. Kaum
Khmer Buddha biasanya mengkremasi dan debunya disimpan di dalam sebuah stupa di
dalam candi. Bendera panji putih dikibarkan—yang disebut “bendera buaya
putih”—di luar rumah, yang menandakan ada seseorang di dalam rumah tersebut
yang telah meninggal.
5. Masa Kecil dan Masa Remaja di Kamboja
Anak kecil di Kamboja dirawat sampai usia dua atau
empat tahun. Sampai usia tiga atau empat tahun, anak diberi kasih sayang dan
kebebasan. Permainan anak-anak lebih menekankan pada sosialisasi atau kemampuan ketimbang menang atau kalah.
Kebanyakan anak mulai bersekolah pada usia tujuh atau
delapan. Ketika dia mencapai usia ini, mereka harus mengetahui norma kesopanan,
kepatuhan, dan hormat kepada yang lebih tua dan kepada biarawan Buddha (biksu).
Ayahnya bertugas untuk mengontrol anaknya dan memberikan izin kepada anaknya.
Saat usia sepuluh tahun, anak perempuan membantu ibunya untuk mengerjakan
beberapa pekerjaan rumah tangga; sedangkan anak laki-laki tahu bagaimana
menjaga ternak mereka dan mampu berladang bersama laki-laki lain yang lebih
tua.
Para remaja biasanya bermain dengan temannya yang sesama jenis kelamin.
Selama masa remajanya, laki-laki biasanya menjadi pelayan di Wihara dan menjadi
calon biarawan, dimana hal itu merupakan suatu kehormatan besar untuk
orangtuanya. Orangtua memiliki wewenang penuh terhadap anaknya sampai mereka
menikah, dan orangtuanya tetap mengendalikan beberapa kontrol saat pernikahan.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia adalah
negara kesatuan yang terdiri dari
jajaran ribuan pulau yang mempunyai
masyarakat plural dimana
memiliki bermacam-macam budaya, suku bangsa, dan
agama. Terdapat lima agama
besar yang dianut
oleh masyarakat Indonesia,
yaitu: Islam, Kristen,
Katholik, Hindu dan
Budha, diantara lima agama
tersebut tercatat lebih
dari 90% penduduk
Indonesia memeluk agama
Islam.
Kamboja merupakan salah satu negara di kawasan Asia
Tenggara dan juga sekaligus merupakan anggota dari ASEAN. Kamboja merupakan
salah satu negara paling miskin di asia dan sangat tergantung pada bantuan luar
negeri yang diberikan oleh negara ataupun aktor non negara. Dalam waktu dua
dekade, Kamboja mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam ekonominya. Bantuan
baik dalam bentuk bantuan bilateral, multirateral maupun privat (NGO), membantu
negara Kamboja untuk melanjutkan proses pembangunannya.
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami
susun, kami menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan
makalah ini, kami sebagai penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat manambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami pokok bahasan, bagi para pembacanya dan khususnya
bagi kami sebagai penyusun.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.g-excess.com/sistem-politik-dan-sistem-pemerintahan-indonesia.html
http://deteksi.co/2014/12/dari-komunis-hingga-monarki-sistem-politik-dan-pemerintahan-negara-negara-asean-bagian-1/
https://nunonugroz.wordpress.com/2010/12/30/%E2%80%9Dperan-partai-politik-dalam-proses-pembuatan-dan-penerapan-kebijakan-dalam-sistem-politik-di-indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_sosial_budaya_Indonesia
http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/04/budaya-di-kamboja-artikel-lengkap.html
The Best Ways to Get From Casino to Work in NYC - Dr.MCD
BalasHapusLearn How to Start 영주 출장안마 a Casino Career and Start a Casino Experience 경기도 출장샵 You'll also 여수 출장마사지 find the 속초 출장샵 following 10 steps: · Visit a 영천 출장샵 land based casino site in NYC (see